Selasa, 08 Februari 2011

RESENSI Buku KH. Ahmad Dahlan

I. IDENTITAS BUKU
Judul : K.H. Ahmad Dahlan
Biografi Singkat (1869-1923)
Pengarang : Adi Nugraha
Penerbit : Garasi House Of Book
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, Maret 2010
Jumlah Halaman : 152
ISBN-13 : 978-979-25-4541-8


II. RESENSI
Berangkat dari praktik keagamaan masyarakat pada saat itu yang dianggap menyimpang dari sumber aslinya yaitu Al-Quran dan Hadist, K.H. Ahmad Dahlan berusaha memeranginya dengan jalan memurnikan kembali ajaran Islam. Ajaran yang dianggap menyimpang adalah adanya praktik menyekutukan Allah (syirik), bid’ah, tahayul, dan kurafat. Masyarakat masih percaya dengan adanya slametan 40 hari setelah meninggalnya seseorang. Itulah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaruan dalam Islam. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dalam memurnikan Islam dikupas kembali oleh Adi Nugroho dalam bukunya yang berjudul “ Biografi Singkat K.H. Ahmad Dahlan 1869-1923”.
Buku ini mengisahkan perjuangan seorang tokoh Islam pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan. K.H. Ahmad Dahlan alias Muhammad Darwis lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1869. Beliau adalah putra dari K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang Khatib tetap di Masjid Agung. K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh pembela Islam yang selalu memperjuangkan para kaum muslimin yang pada saat itu mengalami kemerosotan dalam ilmu agama. Beliau menganggap bahwa aktivitas beragama pada waktu itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Yang paling banyak ditemui adalah adanya tahayul, bid’ah, dan kurafat. K.H. Ahmad Dahlan ingin mengembalikan nilai-nilai Islam itu dengan benar sesuai Al-Quran dan Hadist.
Kisah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan awalnya terpengaruh oleh gerakan pembaruan Islam terutama di Mesir dan Arab Saudi. Karena desakan orang tuanya, K.H. Ahmad Dahlan harus belajar di Mekkah dan berhaji. Di Mekkah, K.H. Ahmad Dahlan juga mempelajari berbagai pemikiran pembaruan dalam Islam. Langkah awal pembaruan Islam, K.H. Ahmad Dahlan bergabung dengan sarekat Boedi Oetomo yang diketuai oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, dan organisasi Jami’at Khair. Untuk melaksanakan pembaruan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Namun demikian, dalam mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912, K.H. Ahmad Dahlan mengalami berbagai rintangan. Salah satunya adalah ditolaknya permohonan izin mendirikan Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan tetap berjuang, sehingga pada 1914 permohonan itu dikabulkan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pemerintah No.81 tanggal 22 Agustus 1914 yang diketuai oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dengan berdirinya Muhammadiyah, kemajuan dalam berbangsa sangat terasa. Selain Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga melahirkan organisasi Aisyiyah, Hizbul Wathan, Bustanul Athfal, juga Tapak Suci.
Secara terbuka, dengan Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan memberantas hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam. Misal perbuatan menyekutukan Allah, tahayul, bid’ah, dan kurafat. Hal terpenting yang ingin diperjuangkan dalam pembaruan Islam oleh K.H. Ahmad Dahlan yaitu masalah arah kiblat di Indonesia khususnya di Yogyakarta.
Muhammadiyah tidak hanya bergerak dalam bidang dakwah dan tajdid, tetapi juga sebagai gerakan sosial, pendidikan, ekonomi, juga kebangsaan. Salah satu bukti nyata yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah memperbaiki arah kiblat yang semula lurus ke barat dibuat agak condong ke utara 22 derajat berdasarkan ilmu falak.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial dan keagamaan yang berdiri pada abad ke-20 dan dipengaruhi oleh gerakan tajdid (pembaruan pemikiran Islam). Muhammadiyah menyumbangkan sesuatu yang paling mendasar, yakni sikap krisisnya terhadap status quo pemikiran keislaman saat kelahirannya. Salah satu pembaruan keislaman, dalam hal kesalehan sosial adalah dengan membangun lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, masjid, dan sarana dakwah lainnya.
Pembaruan dalam Islam membuat masyarakat tidak langsung menjalin kerukunan beragama. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah sendiri tidak bias terlepas dari keprihatinan K.H. Ahmad Dahlan terhadap kondisi politik dan sosial pada masanya. Untuk mengatasi perpecahan umat, K.H. Ahmad Dahlan selalu berpegang pada prinsipnya, yaitu adanya ikatan persaudaraan yang selalu menghubungkan diri kepada Allah dan perlunya ilmu juga perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
Kehadiran K.H. Ahmad Dahlan di pentas dakwah Indonesia memberi warisan tidak hanya bangunan fisik, tetapi juga sebuah sikap adanya dialog untuk memperkecil perbedaan. K.H. Ahmad Dahlan telah meletakkan dasar-dasar pemikiran tentang manusia yang baik. Di bidang pendidikan, sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat K.H. Ahmad Dahlan dalam pencerahan akal yaitu pengetahuan tertinggi, akal, ilmu mantiq atau logika. Cita-cita pendidikan K.H. Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek”. K.H. Ahmad Dahlan meninggal pada Jumat malam, 7 Rajab tahun 134 Hijriah. Jenazah dikebumikan di Karangkajen.
Peran K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang keagamaan dan pendidikan sangatlah penting. Beliau merupakan Pahlawan Nasional yang sangat berjasa bagi negeri ini. Dalam buku ini kisah K.H. Ahmad Dahlan ditulis dengan bahasa yang sederhana mudah dipahami oleh pembaca. Pembaca seperti terbawa saat-saat perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dalam memurnikan ajaran Islam. Buku ini mengupas semua tentang K.H. Ahmad Dahlan, mulai dari sosoknya, keluarga, pembaruan Islam yang dilakukannya, nasionalisme, dan pendidikan.
Dengan membaca buku-buku biografi kepahlawanan, termasuk Biografi K.H. Ahmad Dahlan akan menumbuhkan rasa kepahlawanan dan nasionalisme yang sangat dalam. Buku ini juga disusun secara sistematis, sehingga pembaca lebih mudah mengikuti alur cerita.
Pembaca juga dapat membayangkan akan kegigihan dan kesabaran K.H. Ahmad Dahlan dalam berjuang mengembalikan nilai-nilai Islam pada Al-Quran dan Hadist. Isinyapun begitu menyentuh, sehingga pembaca tergerak hatinya untuk mengamalkan, serta meeneladani sosok K.H. Ahmad Dahlan.
Dapat saya sampaikan bahwa buku “Biografi Singkat K.H. Ahmad Dahlan 1869-1923” ini sangat bagus dan penting untuk di baca oleh siapapun.

5 komentar:

  1. WOAAAAA!!!
    THANKS BWAT RESENSI BIOGRAFI KH AHMALD DAHLAN KAKAKKKK<3333333333

    BalasHapus
  2. Is titanium a conductor? - A History of the Invention of
    From the mens titanium watches 1950s to the present day, most people in the micro touch trimmer world think the earth is omega titanium hot, but its 2018 ford fusion hybrid titanium surface temperatures can range microtouch trimmer from 55 °C (61 °F) to 98 °C (59 °F).

    BalasHapus